“Ada tujuh pedang yang menusuk Bunda Maria. Dan ada satu pedang yang kita buat yang menusuk Bunda Maria. Tetapi ia tetap setia dan tetap mendoakan kita..”

15 September 2022 adalah hari jadi Paroki Bunda Tujuh Kedukaan yang ke 87 tahun. Lebih akrab disebut Gereja Pandu karena terletak di jalan Pandu Bandung. Tujuh hari sebelum kami merayakan misa syukur sebagai puncak acara, yang dirayakan bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Berdukacita. Kami umat Pandu berdevosi kepada Bunda Maria secara online dengan renungan yang dibawakan oleh para pastor secara bergiliran. Umatpun cukup antusias mengikutinya, terlihat dari kehadiran umat rata-rata diatas seratus peserta.
Paroki Pandu terdiri dari 7 wilayah sehingga setiap hari petugasnya bergantian bertugas. Ada yang menjadi pemimpin, umat, yang membacakan injil, doa spontan, membaca litani dll. Ada yang setia mengikutinya setiap hari ada juga yang belang bentong, begitu istilah Pastor Freddy bagi umat yang tidak selalu hadir. Selama tujuh hari kami merenungkan kedukaan Bunda Maria. Tujuh kedukaan Bunda Maria itu mau mengatakan bahwa duka itu tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Beliau menanggung aneka duka. Maria yang dikandung tanpa noda dosa tetapi harus menanggung penderitaan seperti Yesus pun demikian. Tidak berdosa tapi menanggung dosa-dosa manusia.
Sejak Bunda Maria berjumpa dengan Gabriel dan berani mengatakan” Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu. Ia sudah menanggung penderitaan. Bunda Maria jadi irit berkata-kata. Ia lebih banyak menyimpan segala perkara didalam hatinya dan merenungkannya. Maria lebih banyak diam, yang berarti ia menjalankan apa maunya Tuhan.Inilah gaya Bunda Maria dalam mengikuti Tuhan. Gaya seperti apakah yang akan kita tampilkan? Hari ini bertobat besok kumat atau gaya suam-suam kuku? Atau seperti Maria menjalankan semuanya sampai tuntas? Inilah yang menjadi tantangan dan refleksi bagi kita semua. Pastor Freddy mengajak kita untuk belajar pada Bunda Maria yang pertama memikul salib dan bertahan menanggungnya. Misa kamis lalu dipimpin oleh Pastor Freddy dan Pastor Febry Ferdinan Laleno, OSC pada pkl 18.



Hal kedua yang disampaikan Pastor Freddy adalah soal Pandemi covid 19 yang belum berakhir, yang mempengaruhi banyak hal di dunia belahan manapun. Demikian juga dalam kehidupan menggereja. Pandemi membuat kita mager [malas bergerak]. Kita seperti bayi dalam casing orang dewasa. Bapak Uskup pernah berkata bahwa mager ini harus kita dobrak, kalau tidak kita benar benar akan lumpuh, tidak bisa berjalan.
Kita telah melewati situasi yang gawat. Tapi kita masih hidup, maka pergunakanlah kesempatan ini untuk tidak mager. Para pengurus Gereja ajaklah warga lingkungan untuk bergerak.
Point terakhir yang tidak kalah penting adalah tentang anak muda Katolik. Fokus pastoral tahun ini adalah pada anak muda. Orang muda harus terlibat di seluruh kategorial. Silahkan pilih mau yang mana. Karena ditangan anak muda terletak harapan di masa depan. Mau tidak mau anak muda yang akan mengambil alih, agar Paroki Pandu yang berusia 87 tahun ini tidak kelihatan tua. Janganlah berhenti di Ohana Sabtu ini. Ohana itu dari bahasa Hawai yang berarti keluarga. Dikelola oleh Sie kepemudan Paroki Pandu.
Ada tujuh pedang yang menusuk Bunda Maria. Dan ada satu pedang yang dibuat kita yang menusuk Sang Bunda. Tetapi beliau tetap setia dan tetap mendoakan kita semua. Pastor Freddy mewakili para Pastor, mengucapkan selamat ulang tahun bagi kita semua. Harapannya semoga kita semakin matang, bersemangat dan berbuah bagi umat dan masyarakat di sekitar. Jangan lupa ada Bunda Maria yang tangguh bersama kita untuk berjuang bersama.
Sebelum misa berakhir, seperti layaknya ulang tahun ada peniupan kue ulang tahun , yang dihadiri para pastor dan beberapa pengurus dewan, dan nyanyi bersama umat yang dipandu oleh Paduan Suara gabungan yang begitu indah.




Selanjutnya umat menuju ke Taman Gua Maria, membawa setangkai bunga mawar untuk dipersembahkan kepada Bunda Maria dan pemberkatan patung-patung Bunda Maria yang dibawa oleh umat setelah bu Luciana membacakan tujuh rahmat dari devosi tujuh kedukaan Maria, pembacaan Litani.




Taman Gua Maria jadi begitu indah dihias oleh perangkai bunga Yasmin, ibu Gracia dan kategorial. Mereka mempersiapkan dari pagi hingga siang hari, misal nya penghentian pertama dihias oleh Adeka.Penghentian kedua oleh KPR. Penghentian ketiga oleh KKI. Penghentian keempat oleh KTM. Penghentian kelima oleh Legia BBC. Penghentian keenam oleh MCKI. Penghentian ketujuh oleh PDPKK . Mereka dengan tekun ,bersama umat yang lain bekerja sama. Lilin dan lampu memperindah suasana malam itu dan puji Tuhan cuaca cerah, membuat umat betah dan tidak bosan bosannya mengabadikan nya dengan berfoto ria.
“Ada 7 pedang yg menusuk Bunda Maria, kita tambah tusukan yg ke-8 dengan perbuatan kita yg tdk layak. Jangan sampai hal itu terjadi. Tetapi jika itu terjadipun, Bunda Maria tetap setia dan tetap mendoakan….”
[Penulis: Henny Herawati]
Ucapan Selamat HUT Paroki tonton pada video di bawah ini
Behind The Scene – Para Penghias dari KTM dan Legio BBC. Terima kasih juga untuk seluruh pengurus, panitia dan segenap Umat yang telah mempersiapkan dan bersama merayakan HUT Paroki Bunda Tujuh Kedukaan ke-87. Berkat Tuhan bersama kita semua.


Pingback:OHANA 3.0 : Anak Muda Merayakan Keberagaman – Paroki Bunda Tujuh Kedukaan (Pandu)