2 November dalam kelender liturgi Katolik adalah peringatan arwah semua orang beriman. Kita mau mengenang jasa-jasa orang yang pernah ada bersama-sama kita dalam peziarahan hidup ini dan mendoakannya. Dan suatu saat kita akan menyusul…
“Nanti kalau kita mati, apakah ada yang mendoakan kita? Terucap kalimat itu dari bibir Pastor Fredy kepada Pastor Bowo, seusai nyekar dan mendoakan para pastor di Pratista. “Ah itu bukan urusan kita. Itu urusan orang yang masih hidup” balas pastor Bowo menimpali. Yang mati tidak mungkin mendoakan dirinya sendiri. Semoga orang yang didoakan masuk Surga dan nanti giliran mereka mendoakan kita. Jika tidak, tentu sia sia dan hampa lah mendoakan orang mati. Pengharapan akan kebangkitan ini sudah diyakini sejak jaman dulu. Dalam perjanjian lama, kitab 2 makabe 12; 38-45 mengungkap hal itu. Yudas Makabe bersama bala tentaranya membawa pulang jenasah orang-orang yang gugur untuk dikebumikan. Namun didalam jubah para jenasah itu ditemukan jimat-jimat, yang dilarang. Mereka menduakan Allah. Padahal Shema Israel mengharuskan Allahlah adalah satu-satunya yang harus disembah bukan jimat. Itulah sebabnya mereka gugur. Yudas berinisiatif mengumpulkan uang untuk dikirim ke Yerusalem demi membayar silih / menebus hukuman bagi orang orang yang mati tersebut. Orang orang yang mati itu betul-betul tergantung keselamatannya pada orang yang masih hidup. Kalau masih hidup, tentu dia sendiri yang akan menghadap imam untuk menyerahkan jimatnya. Maka untuk dapat pengampunan Allah, dibayarkanlah sejumlah uang untuk kurban bakaran, imamlah yang akan menentukan apakah ditebus dengan dua ekor ayam, domba atau kambing.
Jadi kebangkitan orang mati, kehidupan kekal sudah diyakini sebelum Yesus hidup . Yesus mengumpulkan orang –orang yang sudah diserahkan kepadaNya. Dan siapa yang diserahkan Bapa kepadaNya, jangan sampai hilang. Bapak ,Ibu, saudara sudah dibabtis, sudah dimeteraikan. Tidak akan dibiarkan hilang. Kita akan dibangkitkan pada akhir jaman masuk kedalam kerajaan surga. Namun konsekwensi dari dosa tetap harus dijalankan dalam api penyucian.
KGK 1030 (pengajaran resmi dan otentik yang dikeluarkan oleh Vatikan) tertulis bahwa
“Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah , namun belum disucikan sepenuhnya , memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, namun ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga”.
Tertulis di injil Mat 12:32, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak. Dari ungkapan ini nyatalah bahwa ada dosa dosa ringan yang dapat diampuni di dunia saat masih hidup , dan ada yang dapat diampuni di dunia yang akan datang/akhirat yaitu dalam api penyucian. (KGK 1031)
Dalam Doa Syukur Agung , dibagian akhir juga ada porsi mendoakan orang yang sudah meninggal, dari kita sebagai Gereja Dunia dengan Gereja Surga (para kudus yang sudah di surga, bunda Maria dan malaikat). Dari semua lagu, yang paling wajib adalah lagu Kudus yang dinyanyikan bersama sama dengan Gereja Surga. Orang –orang yang sudah meninggal pun tidak terpisah dari kita. Kita sudah dibabtis, bersaudara jadi anak anak Allah. Tetap dalam persekutuan kudus.
Roma 8 : 38-39 sebab aku yakin , bahwa baik maut, maupun hidup baik yang diatas, maupun yang dibawah, atau pun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,Tuhan kita . Oleh karena itu jangan bimbang untuk mendoakan orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka (mengutip Yohanes Krisostomus, Bapa Gereja tahun 300)
Setelah homili, lektor membacakan nama nama almarhum dilayar, yang meninggal paling lama setahun lalu . Ada yang menyertakan foto , ada yang nama saja. Setelah sepuluh nama dibacakan, terdengar lonceng gereja menggema ..teng, membuat hati terharu. Dilanjutkan dengan pembakaran nama-nama almarhum yang meninggal lebih dari setahun lalu, yang sebelumnya didoakan pastor terlebih dahulu. Ada 940 nama almarhum yang masuk , yang didoakan pada misa arwah tgl 2 November 2022 Rabu lalu di gereja Bunda Tujuh Kedukaan. Gereja terisi penuh, masih berjarak. Protokol kesehatan masih tetap di jalankan. Hari itu semua umat mau mengetuk pintu surga, memohon belaskasihan Bapa di surga untuk mengampuni dosa-dosa dari saudara-saudara kita yang masih berada di api penyucian. Dan menyerahkan pada kerahiman Allah dengan harapan mereka akan dibebaskan dan boleh menikmati kebahagiaan abadi . Paduan suara yang melayani adalah gabungan wilayah 1 dan 7.
Akhirnya Pastor Fredy mengajak umat yang hadir agar mendoakan orang orang yang sudah meninggal dengan cara mengunjungi makam dan mendoakannya. Juga dengan cara mendoakan dari tgl 1 sampai 8 November agar mereka mendapatkan indulgensi penuh. Terbebas dari api penyucian dan masuk kedalam kebahagiaan surgawi.
Penulis: Henny Herawati