[Jelajah Alkitab] Waktu kita hanya sampai 2023

Menurut para ahli ekosistem di tahun 2030 banyak daratan akan terendam air, ini dikarenakan
pemanasan global sehingga es di kutub utara mencair dan berkurangnya air dalam tanah
sehingga daratan turun. Berarti tinggal 7 tahun lagi waktu kita. Apakah yang harus kita lakukan?
Mengapa hal itu dapat terjadi? Apakah bumi masih dapat ditinggali anak cucu kita saat itu?
Pastor Yustinus Nana Sujana, OSC (yang bertugas di Pratista) mengajak kita berefleksi pada
acara Jelajah Alkitab edisi 16 Maret 2023. Refleksi atas relasi manusia beserta teknologinya
dengan alam.


Dalam ensiklik “Laudato Si”, tahun2015 Paus Fransiscus mengatakan bahwa dunia ini tidak baik-
baik saja keadaannya, sedang menderita. Salah satu contoh yang menyebabkan bumi tidak
baik-baik saja karena ada kontribusi kita sebagai manusia. Contohnya di Papua , di suatu tempat
diledakkan memakai dinamit untuk pengadaan listrik bagi satu kabupaten. Alam dirusak. Apa
yang menyebabkan relasi dengan alam tidak baik? Masalahnya ada di cara pandang/ pola pikir
yang keliru.


Akar kerusakan ekologi adalah ideologi pertumbuhan, terutama pertumbuhan ekonomi.
Ideologi pertumbuhan berjalan dengan ideologi pembangunan. Keduanya berkembang dengan
mitos bahwa pertumbuhan berjalan terus menerus, karena sumbernya selalu ada, bagaikan
sumur yang tidak pernah kering. Ideologi pertumbuhan meliputi: kapitalisme, pasarbebas,iptek
& sains.


Kapitalisme, sistem perekonomian yang menekankan peran kapital( modal). Raja-raja di jaman
dulu kaya tapi hidup royal, uang tidak diinvestasikan. Laba dibuat pesta pora. Dijaman modern,
laba dari produksi harus diinvestasikan kembali dalam meningkatkan produksi. Ekonomi yang
sebelumnya membeku, menemukan jalan keluar dengan munculnya sebuah sistem baru yang
didasarkan pada kepercayaan akan masa depan.orang orang mempresentasikan barang-barang
imajiner dengan jenis uang khusus yang mereka sebut “kredit”. Kredit memungkinkan orang
membangun saat ini dengan biaya saat nanti (cicil rumah). Hal ini bertumpu pada asumsi bahwa
sumber daya masa depan kita benar-benar jauh lebih melimpah ketimbang saat ini.

Hal ini kebalikan dari jaman dulu, dimana orang percaya bahwa kekayaan itu terbatas, akan menyusut.
Pasar bebas, dimana ekonomi menjadi urusan investor/ pembisnis. Pemerintah tidak ikut
campur. Pertumbuhan ekonomi merupakan kebaikan tertinggi. Nafsu untuk meningkatkan laba
dan produksi membutakan orang pada apapun yang menghalangi. Pasar bebas tidak bisa
menjamin apakah laba didapat dengan cara yang adil atau terdistribusi dengan cara yang adil.
Ketika pertumbuhan ekonomi menjadi kebaikan tertinggi, tidak dibatasi oleh pertimbangan etik
apapun, termasuk campur tangan pemerintah, ia bisa dengan mudah menuju bencana.
Kapitalisme menyebabkan kejahatan dan perbuatan pidana serta kerusakan alam yang
menyertai pertumbuhan ekonomi modern.

Terjadi ketegangan antara ekologi versus ekonomi. Antara rumah ekosistem dengan rumah produksi. Bagaimana ekonomi kemudian sangat menekankan pada pertumbuhan dalam kapitalisme dan sistem pasar bebas yang seakan akan membolehkan apa saja, asal mendapatkan keuntungan besar. Aturan-aturan mengenai lingkungan hidup dikendorkan demi pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing,
industrialisasi, mencitakan lapangan kerja, persaingan global dll. Setiap pertumuhan ekonomi,
membutuhkan material dan energi. Manusia cepat lambat akan kehabisan material dan energi
dari planet bumi. Alam semata-mata disediakan untuk memuaskan keserakahan manusia. Alam
dikorbankan demi tercitanya pertumbuhan ekonomi, Iptek & Sains. Sebenarnya manusia terbatas, karena makhluk ciptaan.

Namun dengan kemajuan iptek dan Sains, manusia merasa tidak terbatas. Tadinya tidak bisa terbang, sekarang bisa naik pesawat udara. Saat Columbus menemukan Amerika, dia harus mencari pemodal untuk sampai
kesana.Manusia merasa tidak terbatas, semakin berkuasa. Apalagi manusia bisa ke bulan. Selagi
mendatangkan keuntungan sikat terus. Pertumbuhan ekonomi yang didukung kemajuan
ekonomi modern melahirkan paradoks. Disatu sisi meningkatkan kualitas hidup manusia. Yang
tidak bisa berjalan, pakai kursi roda. Di sisi lain, manusia jadi terlampau rakus dalam
mengeksploitasi alam. Manusia merasa menjadi penemu. Manusia menciptakan robot,
komputer, auto pilot, sistem grab tanpa kesadaran( manusia) tapi cerdas, lebih cerdas daripada
manusia. Teknologi menjadikan manusia objek. Martin Heidegger, seorang filsuf tersohor

abab20 mengatakan dalam karyanya Die Frage Nach Der Technik, manusia tidak bertindak
sebagai pengontrol malah terjebak dalam struktur teknologi modern yang berciri”memeras,
memanipulasi,mengeksploitasi dan mengeruk” sumber daya untuk keberlanjutan proses
produksi itu sendiri. Artinya manusia yang harusnya adalah pelaku teknologi justru terjebak
dalam cara pandang/ pola pikir bahwa alam hanyalah sumber daya yang siap dieksploitasi
untuk kepentingan produksi. Dengan segenap kenyamanan dan kemudahan, modernitas yang
disokong penuh kapitalisme tiada henti merayu manusia untuk hidup menumpuk
“kepemilikan”. Inilah rupanya dosa yang tidak manusia sadari, karena carapandang/pola pikir
yang salah. Memperlakukan bumi dengan sewenang-wenang , tidak ada penghargaan sama
sekali kepada saudara kita sendiri. Bukankah manusia dan ciptaan lain juga berasal dari unsur
yang sama, debu tanah? Kej2:19


Kebenarannya adalah, manusia dipanggil Allah untuk berkuasa atas alam semesta demi
kesejahteraan hidupnya(kej 1:28) Panggilan untuk bekerja menempatkan manusia sebagai
subjek kerja yang mempunyai kemampuan untuk bertindak dan mempertanggungjawabkan
tindakannya. Manusia adalah partner kerja Allah. Maka pola dasar dari kerja manusia
disesuaikan dengan tindakan Allah di dalam dunia yaitu: mencipta, memelihara dan
memperbaiki. Manusia dipanggil untuk berkuasa. Berkuasa seperti apa? Menjadi pelaku yang
mengusahakan dan memelihara harta benda yang telah diciptakan Allah (kej 2:15). Harta benda
ini tidak diciptakan manusia, tetapi telah diterimanya sebagai suatu karunia berharga yang
ditempatkan Sang pencipta dibawahtanggungjawabnya.


Ensiklik Laudato Si mengajak kita untuk kembali ke sumber hati nurani dengan menerapkan
sebuah etika lingkungan hidup yang berkaitan dengan isu isu ekonomi dan politik. Etika ini
adalah pertimbangan mengenai norma-norma dalam membangun alam sebagai rumah
bersama yang mencakub koreksi, rekonstruksi, koperasi dan upaya berkelanjutan. Sri paus
mengajak kita semua menjadi “Perawat dan penjaga karya Allah(LS 218). Memandang ciptaan
dengan pandangan Allah sendiri, karena pandangan Allah adalah kasih dan kasih itu
membersihkan, murah hati, memperkaya dan mencerahkan.

Setelah menyadari kesalahan kita marilah kita melakukan pertobatan ekologis dengan tindakan nyata. Dengan hal hal yg kecil namun di lakukan secara bersama-sama, karena kerusakan ekologi bumi sudah sedemikian
dahsyatnya, tidak bisa seorang diri memulihkannya. Selain tobat, perlu ada rasa syukur atas
Allah sebagai Bapa dan bumi sebagai hadiah Allah. Tanpa rasa syukur, kecintaan pada bumi
mustahil berkembang dan dorongan berbuat hal konkrit dalam merawat sulit bertumbuh.
Jelajah Alkitab bulan April, jatuh pada Kamis kedua yaitu tgl 13 April 2023 dengan tema
“Enyahlah Iblis”, dibawakan oleh Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC. Yang akan membahas
lebih jauh tentang Transfigurasi dan apa Kehendak Tuhan, demikianlah informasi dari pa
Triawan.


Penulis: Henny Herawati