Di tahun 2023 ini Gereja Katolik universal kembali merayakan Hari Panggilan Sedunia pada hari Minggu Paskah IV. Kali ini adalah penyelenggaraan yang ke-60, sejak dimulai di tahun 1964 oleh Santo Paus Paulus VI. Pada hari doa panggilan sedunia ini Gereja diundang untuk secara terbuka berdoa dan mempromosikan panggilan dalam segala bentuknya. Baik itu untuk panggilan hidup berkeluarga, hidup membiara, maupun hidup bakti. Memang secara khusus hari doa panggilan ini diarahkan agar semakin banyak kaum muda yang merasakan dan mau menjalani panggilan menjadi imam, suster, dan biarawan/wati pada umumnya.
Tema khusus di tahun 2023 ini adalah: Panggilan: Rahmat dan Perutusan. Dalam pesan yang dikutip dari halaman web Vatikan dan Karya Kepausan Indonesia, Paus Fransiskus menekankan kesempatan berharga untuk mengingat kembali dengan takjub bahwa panggilan Tuhan adalah rahmat, karunia cuma-cuma, dan pada saat yang sama berketetapan hati untuk membawa Injil kepada sesama. Rasul Paulus membuka sebuah cakrawala yang luar biasa di hadapan kita bahwa di dalam Kristus, Allah Bapa, “telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula melalui Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Ef. 1:4-5). Kata-kata ini memungkinkan kita untuk melihat kehidupan sepenuhnya: Allah telah “mengandung” kita menurut gambar dan rupa-Nya serta menghendaki kita menjadi putra dan putri-Nya. Kita diciptakan melalui cinta, demi cinta dan dengan cinta, serta kita dibuat untuk mencintai.

Panggilan Allah mencakup “perutusan”. Tidak ada panggilan tanpa perutusan. Tidak ada kebahagiaan dan pernyataan diri sepenuhnya jika kita tidak menawarkan kepada sesama kita kehidupan baru yang telah kita temukan. Panggilan Allah untuk mengasihi adalah sebuah pengalaman yang tidak memungkinkan kita untuk berdiam diri. Santo Paulus berkata, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16). Dan, Surat Pertama Yohanes dimulai dengan kata-kata, “Apa yang telah kami dengar dan lihat, yang telah kami saksikan dan raba – Sabda yang menjadi daging – kami nyatakan juga kepadamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna” (bdk. 1:1-4).
Di Paroki Pandu, hari minggu doa panggilan ini juga dirayakan secara khusus dengan mengundang beberapa frater dari Skolastikat Ordo Salib Suci (OSC) untuk men-sharing-kan pengalaman panggilannya. Sharing tersebut diberikan sebagai pengganti homili dalam misa pkl. 8:00, 10:00 dan 17:30 di hari Minggu 30 April 2023. Dari sharing para frater tersebut dapat ditarik beberapa butir permenungan, yaitu:
- Tuhan memiliki rencana panggilan yang unik bagi setiap orang, entah itu untuk kehidupan berkeluarga ataupun untuk kehidupan membiara.
- Perlu ada keheningan untuk merasakan panggilan yang sesungguhnya.
- Meskipun manusia menghindari atau melupakan panggilan yang dirasakannya, Tuhan memiliki cara untuk menggiring kembali manusia kepada kehendak-Nya.
- Benih panggilan sebagai biarawan/ti bisa tumbuh sejak kecil karena pengaruh dari keluarga serta lingkungan Gereja sekitarnya.
- Dukungan doa dari keluarga dan lingkungan (Gereja) sangat penting bagi para calon imam untuk memperteguh panggilan yang tengah dijalani.
- Perlu direnungkan pula pesan Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik ‘Christus Vivit’ No. 277:
- Panggilan-Nya menarik dan mempesona, namun kecemasan dan kecepatan dari begitu banyak dorongan yang memberondong kita membuat kita tidak memiliki ruang untuk keheningan batin di mana kita bisa melihat tatapan Yesus untuk mendengar -Nya.
- Pusaran dunia ini dapat menarik kita ke dalam perlombaan tanpa makna, tanpa arah, tanpa tujuan jelas, dan begitu banyak usaha akan sia-sia belaka.
- Carilah ruang-ruang ketenangan dan keheningan untuk berefleksi, berdoa bersama Yesus untuk mengenali apapun panggilan kita di dunia ini.


Selain mengundang para frater memberikan sharing pengalaman panggilannya, secara khusus dalam misa pkl. 10:00 diadakan perarakan persembahan. Hal ini merupakan suatu simbol doa dan harapan dari umat Paroki Pandu untuk semakin suburnya benih-benih panggilan, khususnya sebagai imam, suster, maupun biarawan/wati pada umumnya. Perarakan persembahan tersebut dilakukan oleh anak-anak Bina Iman Lanjut (BIL) dengan mengenakan jubah uskup, imam, dan suster. Semoga doa kita bersama ini boleh terwujud berkat kasih karunia dan kerahiman-Nya. Amin.