100% Katolik 100% Tradisi 

Ada seseorang yang memutuskan memeluk agama Katolik karena masih diperbolehkan memegang hio jika satu saat orangtuanya yang beragama Budha meninggal. Ada juga  yang masih beranggapan jika peringatan arwah 7 hari, 1 tahun sampai 3 tahun adalah aturan dalam agama Katolik. Sebagai umat Katolik kita perlu mengetahui batas-batas antara iman dan tradisi.

Matius 15: 1-3 bertanyalah orang Farisi dan ahli Taurat kepada Yesus: “Mengapa murid-muridMu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.”. tetapi jawab Yesus kepada mereka:” Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?.” Perikop Mat 15: 1-20 adalah Perintah Allah dan adat istiadat Yahudi. 

Apakah membasuh tangan itu tidak baik?  Terlebih  dimasa pandemi covid kita sedikit-sedikit cuci tangan. Mengapa Yesus melarang? Seolah cuci tangan hanya sekedar adat istiadat. Seolah tidak jadi soal jika tidak mencuci tangan juga. Dan seolah adat istiadat lebih unggul dari pada perintah Allah.

Perintah Allah hanya satu yaitu perintah CINTA. Dijabarkan menjadi dua yaitu cinta pada Allah dan sesama. Kemudian dijabarkan lagi menjadi 10 perintah Allah. Ahli-ahli Taurat menjabarkan menjadi 613 hukum. Dari 1 menjadi 613. Perintah Gereja ada 5. [ Lihat di Puji Syukur no 7]. Apakah di hari raya yang jatuhnya hari Senin, kita datang ke gereja? Mengaku dosa minimal 1 kali dalam setahun. Sudahkah kita melakukannya? Banyak yang malu melakukannya karena kenal dengan Pastornya. Nah 5 perintah Gereja saja tidak sepenuhnya kita lakukan. Sedang Bangsa Yahudi dengan 613 aturan. Yesus mengecam hal itu. Umat harus melakukannya, sementara Imamnya tidak.

Adat istiadat  dalam Bahasa Yunani berati tradisi, doktrin, amanat yang diserahkan/ dikomunikasikan  dari seseorang kepada yang lain. Dalam Bahasa Latin, tradistio adalah sesuatu yang telah “diserahkan”, diteruskan dan “ diwariskan”, sedang dalam kamus umum Bahasa Indonesia : adat kebiasaan, turun temurun [dari nenek moyang] yang masih dijalankan di masyarakat.

Contoh tradisi Imlek, capgome, pecun, cengbeng, peringatan arwah 3 hari, 7 hari dstnya. Orang melanggar tradisi merasa dosa daripada melanggar perintah Allah. Makanya memakai hari baik, ada ketakutan-ketakutan tertentu sedangkan  kalau melanggar perintah Allah ah tenang saja, karena Allah maha baik. Perintah Allah disejajarkan dengan tradisi. Maka hal inilah yang DICELA Yesus. Firman Allah dilanggar, dikesampingkan dan ditolak. Tradisi Yahudi saat zaman Yesus dianggap setara  dengan Kitab Suci [Markus 7:8-13]. Ajaran adat itu adalah perintah manusia [Markus 7:6-7] dan buahnya dalam praktik ialah ketidaksungguhan dan kemunafikan. Yesus berkata : “ Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.”.  Seharusnya kehendak Allah yang utama, melebihi kebiasaan adat. misal mencuci tangan dilakukan tapi hal penting seperti menolong orang lain tidak dilakukan. Jadi setujukah atau bisakah menjadi 100% pengikut Yesus dan 100% Tradisi? Bisa tetapi tidak semua tradisi bisa kita ikuti. Lihat dulu jangan pukul rata.  Namun untuk Tradisi Suci? Yes,Yes ,Yes. Contoh Tradisi Suci: mengikuti misa, doa malaikat, gerakan dalam misa [tanda salib, berlutut, membungkuk, berdiri, menebah dada, duduk, menerima komuni], novena, doa rosario, jalan salib, ziarah dll

Ada 3 pilar/ Tonggak kebenaran yang jadi sumber Iman Katolik yaitu

  1. Tradisi Suci , ajaran yang tidak tertulis/ ajaran lisan. Ajaran para rasul lebih dahulu secara lisan kemudian dibukukan, ditulis menjadi Kitab Suci. Lukas 1: 1-4. Tradisi Suci, ajaran yang mencakup segala sesuatu yang membantu pengudusan hidup dan pengembangan umat Allah, berkembang didalam Gereja dengan bantuan Roh Kudus. Ajaran Bunda Maria diangkat ke Surga, ajaran Allah Tritunggal tidak ada tertulis dalam Kitab Suci tapi ada jejak-jejaknya. Mat 28: 19
  2. Kitab Suci, ajaran tertulis.
  3. Magisterium, kuasa mengajar Gereja

Dasar Biblis dari Tradisi Suci: Kisah para rasul 2: 42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, itu  ajaran lisan. Kor 15:3 Paulus menerima sendiri pengajaran lisan dari Tuhan. 2Tes 2:15  Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. Tradisi Suci yang diajarkan Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik yaitu Tradisi yang diperoleh dari para rasul, seperti juga Syahadat Para Rasul yang diperintahkan oleh Kristus untuk mewartakan semua perintahNya [Mat 28:19-20]. Tradisi Suci tidak terpisah dari Kitab Suci.

Yang termasuk Tradisi Suci: 1. Doktrin-doktrin yang diajarkan Gereja Katolik melalui Konsili, Doktrin/ ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus selaku penerus Rasul Petrus dan yang diajarkan oleh para Uskup dalam kesatuan dengan Bapa Paus. 2. Katekismus Gereja katolik. 3. Liturgi dan Sakramen 4. Tradisi masa Prapaskah dll. Tradisi Suci adalah sebuah warisan berharga yang menghubungkan kita dengan sejarah Gereja dan Tuhan.

Bagaimana dengan Tadisi Lokal? Kita adalah produk budaya. Tradisi mengacu kepada warisan budaya yang terus berlanjut dari generasi ke generasi. Gereja sangat menghargai budaya. Gereja menerima kebiasaan masyarakat lokal, sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan iman katolik. Salah satu kekuatan Tiongkok adalah penghormatan pada leluhur. Tradisi -tradisi yang hidup dalam masyarakat:

  1. Hormat pada leluhur
  2. Peringatan kematian 3 hari, 7, 40, 100 hari
  3. Menghitung hari baik
  4. Benda-benda “pusaka yang ada isinya”
  5. Sesajen
  6. Ziarah kubur
  7. Fengshui
  8. Orang pintar/dukun. Dll

Reaksi terhadap Tradisi Setempat/Lokal; 1. Negatif, menganggap tradisi /kebudayaan dicemari dosa 2. Sikap akomodatif yaitu kepercayaan apapun diikuti, ikut arus. 3. Realistik- transformatif yaitu kesadaran bahwa kita akan selalu di dalam budaya. Kita realistik namun pada saat bersamaan kita membawa perubahan dari dalam, kebenaran tidak dikompromikan tetapi juga tidak dipaksakan. Kita bagaikan ragi [Mat 13:13]. Dalam Bahasa Gereja katolik disebut Inkulturasi. KGK 854 ia menuntut suatu proses inkulturasi yang olehnya Injil ditanamkan dalam kebudayaan bangsa-bangsa. [bdk Roma 48-49]. Memasukkan nilai-nilai budaya setempat, yang mempunyai nilai-nilai luhur kedalam kekristenan dapat terjadi sejauh tidak mengaburkan iman katolik. Terjadinya dialog atau perjumpaan antara injil dan budaya. Contoh peringatan arwah 3,7,40,1000 hari adalah proses melepaskan. Semakin lama keluarga yang ditinggalkan  semakin rela, tenang. Mengenang yang sudah meninggal selalu baik. Itulah Budaya Jawa. Di Vatikan, tidak mengenang juga tidak apa-apa, tidak berdosa. Beda daerah berbeda juga kebudayaannya. Di Papua, jika ada yang meninggal orang bertangisan lalu mereka mandi lumpur, setelah itu tertawa lagi. 

Penegasan Gereja, mewartakan Kristus pasti akan bersentuhan dengan manusia yang mempunyai peradaban, budaya yang berbeda-beda, inkulturasi tidak dapat dihindarkan. Dimana Gereja memberikan nilai-nilai pengajaran Gereja dan kemudian mengambil unsur-unsur yang baik yang ada dalam budaya local dan kemudian memperbaharuinya dari dalam. Misal dalam peringatan arwah 1 tahun, keluarga jadi berkumpul, yang biasa jarang bertemu lalu berdoa bersama. Mendengarkan Sabda Tuhan. Itu jadi unsur yang baik. Yang harus diingat Tuhan adalah satu-satunya PUSAT dan andalan kita. Seharusnya dalam proses inkulturasi Tuhanlah yang harus masuk mempengaruhi budaya dan bukan sebaliknya.

Demikianlah pengajaran dari RD Basilius Hendra Kimawan, OSC pada acara Jelajah Alkitab, Kamis  22 Februari 2024  dan untuk Jelajah Alkitab tanggal 21 Maret 2024 Pak Triawan menyiapkan tema “Puasa Katolik itu Wajib atau Sukarela?“ Dibawakan oleh RD Yustinus Nana Sujana, OSC.

Penulis: Henny Herawati.