Tradisi Suci menjadi pilihan tema Jelajah Alkitab 18 April 2024, berbarengan dengan dirayakannya ulang tahun Jelajah Alkitab yang sudah berusia 12 tahun. Mengapa Tradisi Suci dianggap hal yang penting yang wajib diketahui oleh umat katolik? Karena pertanyaan-pertanyaan, seperti Tritunggal, Maria diangkat ke Surga dll, adalah contoh ajaran lisan, yang tidak tertulis di dalam alkitab. Orang yang tidak mengerti akan berkata:” Ah tidak ada ayatnya dalam alkitab” atau “ dimana ayatnya coba?”
Seperti kita ketahui ada 3 pilar kekayaan, kebenaran dalam Gereja Katolik yaitu Alkitab [ajaran yang tertulis], Tradisi Suci [ajaran yang tidak tertulis/ Lisan] dan Magisterium Gereja. 2Tes2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. Mengenai Magisterium Gereja / Wewenang Mengajar Gereja pernah dikupas dalam JA edisi 14 Desember 2023 oleh pembicara [Ahli Teologi] yang sama yaitu RD Thomas Kristiatmo.
Kata tradisi berasal dari kata traditio, tradere [latin]. Trans artinya melampaui. Dere : memberi sesuatu. Tradere adalah kata kerja, yang artinya proses penemuan. Tradisi adalah bentuk penemuan yang sudah diyakini dari tradisi terdahulu berlanjut kepada tradisi selanjutnya. Tradisi / ajaran lisan [yang tidak tertulis] melampaui dari yang tertulis.
Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama apakah tradisi itu sudah ada? Kitab Taurat itu ditulis oleh Musa. Namun sebelumnya, proses dari tradisi lisan diturunkan turun temurun, jadi presisi, yang lebih tinggi dari tulisan. Setelah ditulis, ditafsirkan oleh orang yang membacanya. Mat 5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” ada kesinambungan [ada rangkaian peristiwa berkelanjutan], yang dinyatakan Yesus dengan yang sudah dihidupi dalam Perjanjian lama.
Sebelum menjadi injil seperti kita kenal sekarang: ipsissima verba lesu plus [peristiwa Yesus] disimpan dalam bentuk lisan. Yesus wafat sekitar tahun 30 an. Selama belum ada tulisan. Mereka mengulang pelayanan Yesus secara lisan. Kata-kata dalam ekaristi, sampai suara Yesus pun disamakan.
Proses dari lisan jadi tertulis disebarkan oleh Paulus pada mulanya kemana mana. Paulus meneruskan ditambah dengan pokok-pokok iman [iman pada Allah yang berpusat pada wafat dan kebangkitan Kristus], Yohanes bertapa merenungkan Tradisi dalam terang Roh Kudus sampai pada pengalaman mistik kesatuan dengan Allah. Sementara Lukas menjadi pelaku yang mentransmisikan dari lisan menjadi tulisan. Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak bisa dipisahkan. Karena Kitab Suci pun mulanya lisan sebelum jadi tulisan.
Dari proses tradere , terciptalah Depositum fidei yang selalu beriringan dengan Kitab Suci. Depositum Fidei isinya seperangkat kumpulan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan aneka tafsir dibawa terus sampai Gereja perdana. Penerusan deposito iman yang diteruskan turun temurun menjadi aturan iman/ regula fidei. Dari lisan- mengumpulkan – jadi depositum fidei/deposito iman
Aneka contoh tradisi : puasa jadi pelayanan populer di jaman [Bapa Gereja] St Irenaeus [130-202]. Menandai dahi dengan tanda salib populer saat jaman Tertullian [155-230]. Sedang baptis dipopulerkan oleh St Agustinus [354-430]. Contoh Tradisi yang lain adalah Liturgi, tulisan Bapa Gereja.
Pewartaan para Rasul yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami harus dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-penggantian yang tiada putusnya. Maka para Rasul, seraya meneruskan apa yang telah mereka terima sendiri, mengingatkan kaum beriman, supaya mereka berpegang teguh pada ajaran-ajaran warisan, yang telah mereka terima entah secara lisan maupun secara tertulis [2Tes2:15] dan supaya mereka berjuang untuk membela iman yang sekali untuk selamanya diteruskan oleh para Rasul mencakup segala sesuatu, yang membantu umat Allah untuk menjalani hidup yang suci dan untuk berkembang dalam imannya. Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirimya seluruhnya, imannya seutuhnya.
Tradisi yang berasal dari para rasul itu berkat bantuan Roh Kudus berkembang dalam Gereja. Ungkapan-ungkapan para Bapa suci memberi kesaksian akan kehadiran Tradisi itupun Gereja mengenal kanon kitab-kitab suci selengkapnya dan dalam tradisi itu Kitab Suci sendiri dimengerti secara lebih mendalam dan tiada hentinya dihadirkan secar aktif. Demikianlah Allah yang dulu telah bersabda, tiada hentinya berwawancara dengan Mempelai PutraNya yang terkasih. Dan Roh Kudus yang menyebabkan suara injil yang hidup bergema dalam Gereja dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan umat beriman menuju segala kebenaran dan menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara melimpah [lihat kol 3:16]
Hubungan antara Tradisi dan Kitab Suci sangat erat, sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama. Sebab kitab suci itu pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh Ilahi. Sedangkan oleh Tradisi suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang roh kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkan dengan setia. Dengan demikian Gereja menimba kepastian tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui kitab Suci. Maka dari keduanya [baik Tradisi maupun kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama.
Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan perbendaharaan keramat Sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja. Dengan berpegang teguh padanya seluruh umat suci bersatu dengan para gembala dan mereka tetap bertekun dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti dan doa-doa[ kis 2:42 yun]. Dengan demikian dalam mempertahankan, melaksanakan dan mengakui iman yang diturunkan itu timbullah kerukunan yang khas antara uskup dan kaum beriman.
Adapun tugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis dan yang diturunkan itu dipercayakan hanya kepada wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus. Wewenang mengajar itu tidak berada diatas Sabda Allah, melainkan melayaniNya. Maka jelaslah Tradisi Suci, Kitab Suci dan Wewenang Mengajar Gereja /Magisterium menurut rencana Allah yang maha bijaksana saling berhubungan dan berpadu sedemikian rupa sehingga yang satu tidak dapat ada TANPA kedua lainnya dan semuanya bersama-sama masing-masing dengan caranya sendiri, dibawah gerakan satu ROH KUDUS, membantu secara berdaya guna bagi keselamatan jiwa-jiwa. Magisterium adalah orang yang bertanggung jawab ketika tradisi diteruskan, agar tidak salah. Dia yang menjaga Tradisi. Apa partisipasi kita? Partisipasi kita adalah menjaga, melestarikan, mempromosikan demi semakin banyak orang mengalami Allah yang mewahyukan diri.
Jadi jika ada yang bertanya mana ayatnya? Orang itu hanya berpegang pada Kitab Suci semata. Sedangkan bagi umat Katolik ada 3 pilar kekayaan, kebenaran yang menjadi pegangan kita, yakni Kitab Suci [tertulis], Tradisi Suci[ lisan/ tidak tertulis] dan Magisterium Gereja [Wewenang Mengajar Gereja] . Yoh 21:25 masih banyak hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Untuk JA edisi 16 Mei 2024 mendatang, Pak Triawan menyiapkan tema “Peran manusia dalam menuliskan Wahyu Allah Dalam Alkitab, apakah bisa salah?” dibawakan oleh RD Yoseph Kristinus Guntur. Sementara umat menikmati nasi Bali di kursinya masing-masing sambil mendengarkan penjelasan dari pak Triawan.
Usai pengajaran, Pastor Fredy sebagai Pastor moderator Jelajah Alkitab, memberikan sambutan di hadapan 135 umat yang hadir. Beliau bersyukur atas ulang tahun ke-12 Jelajah Alkitab. JA berada dibawah Bidang Pewartaan. Harapannya semoga umat dari berbagai paroki mendapat pencerahan dan inspirasi dari pengajaran para Pastor yang menjadi narasumber JA. Bu Susy sebagai ketua JA maju ke depan mengisahkan awal mulanya JA lahir, yang mendapat dukungan dari Pastor Sudarno, lalu Pastor Hendra, Pastor Tedjo hingga sekarang oleh Pastor Fredy. Pendiri JA adalah Pak Triawan dan Pak Yustinus. Dan yang rutin setiap bulan menyiapkan tema dan membuat flyer yang unik-unik itu adalah Pak Triawan. Bu Susy juga bersyukur JA dapat bertahan karena ada respon dari umat, yang rutin dihubungi oleh para penghubung. Saat itu bu Susy memanggil setiap pengurus maju ke depan, mulai dari tim pemusik, singer yang setia, penerima pendaftaran, MC, bendahara dll untuk ritual ulang tahun yaitu menyanyikan lagu Happy Birthday, pemotongan kue dan doa oleh Pastor Fredy. Malam itu MC yang bertugas adalah pasangan Yus Patrick dan Pak Thomas yang memandu acara dengan baik. Pulang dari JA semua umat dibagikan kue ulang tahun. Semoga kehadiran JA menjadi berkat bagi kita semua , kita yang mendengarkan semakin “kaya” dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan keseharian kita. Hip..hip.. hura Jelajah Alkitab.
Penulis: Henny Herawati