Pada 16 September 2024, Senin yang lalu adalah hari ulang tahun Pastor Tedjo yang ke 53 tahun dan bersamaan dengan diadakannya misa syukur 25 tahun imamat beliau pada pukul 17.30 di Gereja Bunda Tujuh Kedukaan-Pandu. Misa konselebrasi dipimpin oleh Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC bersama dua puluh lebih imam-iman OSC.
Dalam homilinya, Mgr Antonius mengajak agar umat bergerak berjalan bersama sehati sejiwa menuju Allah. Tidak seperti jemaat di Korintus yang tidak memiliki semangat persatuan [I Kor 11:17-26]. Mereka hanya memikirkan ego sendiri, bukan menggambarkan Gereja Sinodal yang berbela rasa, seperti jemaat perdana. Mgr Antonius mengucapkan terima kasih dan syukur atas ulang tahun imamat Pastor Hadrianus Tedjoworo dan Pastor Imanuel Bambang Adhi yang ke 25 tahun. Keduanya telah setia pada panggilannya. Seperti perwira yang bukan orang Yahudi tetapi mengakui kuasa Allah dalam diri Yesus. Perwira itu pejabat yang ditakuti tapi rendah hati. Tanpa kerendahan hati tidak ada bela rasa. Tanpa kerendahan hati orang sulit berbagi. Tanpa kerendahan hati sulit seorang imam setia pada iman. Pastor Tedjo selalu membuat kotbah dimanapun beliau berada dan mengirimkan terus ke email grup . Inilah berkat kesetiaannya, tidak ditentukan apakah akan dibaca orang atau tidak. Beliau tetap komit mewartakan tugas panggilannya. Dan pesan Mgr Antonius kepada umat, agar kita semua semakin Sinodal [berjalan bersama mengikuti Kristus] supaya semakin lama semakin disukai orang banyak. Paduan suara yang bertugas dari kelompok SC [Sacrum Canticum]
Misa ini dihadiri Mgr Antonius, para Pastor, Diakon, Frater, keluarga dari Pastor Tedjoworo, para undangan dari pleno dan umat. Setelah diabadikan para undangan dialihkan ke Aula untuk beramah tamah. Para undangan memenuhi bangku di Aula bahkan banyak yang berdiri karena tidak kebagian tempat.
Pak Ernest sebagai MC mempersilahkan Pastor Yoyo untuk memberikan sambutan pertama, dilanjutkan oleh Pastor Agung sebagai Provinsial Ordo Salib Suci lalu diselingi dengan diputarkannya video perjalanan Pastor Tedjo dari kecil hingga saat ini.
Pastor Bayu sebagai sahabat juga diberi kesempatan untuk sharing, mengisahkan perjumpaannya dengan Pastor Tedjo sejak tahun 2010 saat mereka bertugas di Paroki Laurentius. Hal yang menarik dari Pastor Tedjo menurutnya tiap pagi kalau bertemu sarapan selalu tersenyum dan menyapanya. Penyuka kopi pahit, sehingga akhirnya Pastor Bayu juga tertular. Dan panggilan yang mesra kepada Pastor Bayu adalah Ki Rayi. Sebelum Pastor Tedjo ke Eropa, beliau pamitan begitu juga ketika pulang memberi kabar melalui wa. “Istri juga bukan….” Kata Pastor Bayu berseloroh dan gerrr umat tertawa mendengarnya.
Begitu juga dari keluarga pastor Tedjo yang datang jauh jauh dari Jogjakarta untuk mengikuti misa syukur dari adik tercinta. Kakak tertua dari Pastor Tedjo mengisahkan bahwa Pastor Tedjo dari kecil sering digendong sehingga tubuh kakaknya serasa jadi pendek. Tedjo kecil itu kurus hitam dan jelek… umat tertawa mendengar pengakuan itu. Hobbinya main games, break dance dan merakit alat alat elektronik. Tidak mengira akan menjadi seorang pastor. Sang kakak terharu dan bersyukur melihat Pastor Tedjo didukung oleh Mgr dan umat disini. Diakhir sharing, sang kakak dan adik berpelukan mesra.
Acara dilanjutkan dengan kemeriahan umat menyanyikan selamat ulang tahun, tiup lilin dan memotong kue didampingi keluarga pastor Tedjo. Pastor Tedjo juga diminta “bicara”. Beliau merasa terharu karena begitu banyak umat yang menyayanginya dan hal itulah menjadi kekuatan baginya untuk setia dan bertahan menjadi seorang Imam dan krosier. Selalu ada “Sahabat” dimanapun beliau berada. Beliau bersyukur selalu ditempatkan di paroki yang membuka jalan untuk berjumpa dengan umat. Karena jika tidak, tidak akan mengalami pertobatan, umat kembali tertawa. Pastor mengatakan bahwa banyak orang berkesan kepadanya “jutek” padahal aslinya beliau sangat minder. Beliau menulis homili sejak tahun 2003 dan yang diterbitkan oleh Kanisius itu hanya sebagian kecil saja. Pastor mengucapkan terima kasih dan mohon didoakan umat.
Akhirnya acara makan malam pun tiba, umat tampak tertib mengantri sementara sebagian umat tak henti hentinya ingin berfoto bersama Pastor Tedjo. Beliau tampak bahagia dan sumringah, banyak tersenyum tidak ada tanda tanda “jutek” seperti yang dituduhkan orang dan dengan senang hati melayani permintaan umat.
Penulis: Henny Herawati