Sesungguhnya Kita Mengerti Sabda Tuhan.

Bagaimana cara Tuhan menyapa anda secara pribadi? Alkitab adalah Sabda Tuhan yang juga sapaannya pada kita pribadi lepas pribadi. Dengan membaca alkitab banyak hal yang ingin Tuhan sampaikan pada anda secara pribadi, tapi jangan sampai kita salah mengartikannya.

Dalam pertemuan-pertemuan lingkungan, umat masih berurusan pada teks di alkitab, belum pada pesan dibalik teks tsb. Malam itu dalam acara Jelajah Alkitab edisi 19 September 2024, yang bertema “Sesungguhnya Kita Mengerti Sabda Tuhan” Pastor Hadrianus Tedjoworo, OSC ingin mengajarkan agar umat percaya diri untuk menangkap Sabda Tuhan.

Untuk dapat “ Percaya Diri” dimulai dari pengalaman yang mengesankan. Semua orang tentunya mempunyai pengalaman, baik yang dirasa baik atau tidak.

Ternyata umat awam mempunyai Kepekaan Iman [Sensus Fidelium]. Kepekaan khusus yang dimiliki oleh semua umat beriman, bukan oleh para pengajar saja namun kita tidak menyadari hal itu. Yakni menimbang apa yang benar dalam hal penghayatan iman. Kepekaan ini didapat dari pengalaman, bukan dipelajari lewat kursus-kursus, tetapi adalah rahmat Tuhan kepada setiap pengikutnya. Kepekaan umat ini akan selalu dijaga dan dilindungi Roh Kudus agar tidak terbawa oleh ajaran sesat.

Saat itu Pastor mengajak umat yang hadir untuk menutup matanya. Lampu diredupkan, musik mengalun dengan lembut. Umat diajak untuk mengingat kembali pengalaman yang mengesankan yang terjadi baru baru ini atau telah lampau. Membayangkan kembali emosi, perasaan dan orang orang yang hadir. Mengingat itu membahagiakan.

Yesus pernah membayangkan pengalaman tentang sosok ibu yang melindungi anak-anaknya. Luk 13:34 “Berkali kali aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya dibalik sayapmu, tetapi kamu tidak mau”. Yesus sudah mengalami bagaimana Dia dirawat oleh ibu dan ayahNya.  Ia banyak menggunakan perumpamaan yang familiar, yang dialami sendiri dan yang ada disekitarnya bukan hal-hal asing seperti di luar planet. Misalnya memakai gambaran pohon ara, gembala, domba, anak bungsu, anak sulung, bapa, perjamuan nikah, roti, ikan, pintu, kandang, utang, kebun anggur dan lain lain.

Kepekaan iman membuat kita tidak harus berpikir rumit dan panjang guna mengantisipasi apa yang akan terjadi. Kepekaan iman adalah salah satu kemampuan kita untuk menangkap dan mengerti dengan cepat, tetapi dalam hal iman. Kepekaan iman dapat dipupuk dengan relasi dengan Tuhan dan dengan SabdaNya. Semakin sering berdoa pribadi, membaca/ mendengar Alkitab, kepekaan itu jadi semakin kuat dan akan membantu kita memutuskan dengan benar dalam setiap situasi. Sesungguhnya  Roh Kuduslah yang membimbing kita kepada kebenaran [Yoh 16:13]

St John Henry Kardinal Newman [1801-1890] adalah Santo yang memperjuangkan pengakuan terhadap kepekaan iman umat awam. Bahwa umat awam itu mampu mengerti Kitab Suci. Kita beriman karena sudah mengalami sendiri tidak perlu belajar teologi, karena kita sudah mempunyai kepekaan itu. Iman itu berasal dari pengalaman bukan kata orang. Dia membedakan  dua cara proses dalam beriman. Yang real dan lewat gagasan. Ilustrasinya: Apa reaksi kita jika melihat dihadapan kita ada anjing yang galak  dibandingkan dengan membaca tulisan “Awas anjing galak”, Pada tulisan saja apa anda merasa takut?.  Jadi beriman itu ada dua macam. Yang pertama karena melihat [mengalami], yang kedua karena membaca sebuah pernyataan. Kita andalkan yang real yaitu pengalaman .

Dalam injil Yoh1:35-39 iman para murid pertama dipicu oleh undangan untuk langsung berjumpa dengan Yesus sendiri . Ketika menceritakan perjumpaan dengan Yesus, bisakah diceritakan juga emosinya? Pengalaman itu lebih kaya daripada  apa yang diceritakan.

Hati kita mampu menerima dan menanggung begitu banyak kesan dari pengalaman, menyimpannya, merenungkannya dan juga memakainya pada saat yang tepat untuk menginspirasi kita. Dalam hal ini kita bercermin pada Bunda Maria, yang dalam peristiwa iman “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk2: 19, 2:52)

Apa sih yang kita simpan di dalam hati? Kejadian, kata-kata seseorang, perjumpaan, kesan tak terlupakan, kenangan, emosi, perasaan, gambaran real dan sebagainya. Semuanya ini jelas bukan rumusan ataupun konsep. Semuanya ini akan kita pakai untuk menemukan pesan-pesan ilahi.

Yesuspun memotivasi para muridNya agar berani mengungkapkan pandangan mereka sendiri dan bukan mengutip apa ”kata orang” [Mrk 8;29] “Tetapi apa katamu. Siapakah Aku ini?  Bukankah masing masing murid mempunyai pengalaman bersama Yesus? Jadi kita pun harus berani mencari makna dan pesan Kitab Suci yakni menafsirkannya.

Bagaimana kalau kita masing-masing “melihat” apa yang tidak dilihat oleh orang lain? Dengan kata lain. orang lain menangkap pesan yang berbeda dari Sabda Tuhan yang sama? Itulah pengalaman yang memperkaya semua orang dalam kebersamaan iman. Sesungguhnya kita setiap hari menafsirkan pengalaman kita dalam terang Sabda Tuhan. Pada saat membaca teks Kitab Suci tertentu, tiba-tiba kita ingat pada sebuah pengalaman. Saat itu tersingkap pesan bagi kita untuk hari ini.

Kitab Suci itu berisi Sabda Tuhan namun ditulis oleh banyak orang yang hidup di zaman yang berbeda. dan sesungguhnya isi Kitab Suci itu adalah pengalaman umat beriman dari berbagai zaman. Mereka mencatat dan merenungkan pengalaman mereka dalam kacamata iman. Pada saat inipun kita sedang menuliskan penafsiran kita masing masing didalam hati. Dengan demikian Kitab Suci itu selalu baru.

Berbagai kisah dan pengalaman adalah termasuk proses terbentuknya Tradisi Gereja [Ajaran lisan]. Ketika bicara tentang hal hal sehari hari dalam kaca mata iman, kita sebenarnya sedang menafsirkan pengalaman. Jadi menangkap pesan Tuhan dalam pengalaman itu sudah biasa dilakukan dan ini sering “tidak disadari”. Kita mampu mengerti dan mengikuti kehendak Tuhan dengan bantuan Roh Kudus, sekalipun mungkin kita tidak bisa menjelaskan bagaimana terjadinya.

Umat awam membaca dan mendengarkan Kitab Suci dengan kepekaan iman, yang tumbuh karena mereka setia berada dalam tradisi gereja. Jadi apa yang menghalangi untuk menemukan pesan ilahi bacaan Kitab Suci bagi kehidupan sehari hari? Padahal kekayaan kita untuk merenungkan Kitab Suci adalah justru pada pengalaman real kita masing-masing.

Jadi sesungguhnya sebagai  umat awam mengertikah kita akan Sabda Tuhan? Kita umat awam sebenarnya sudah biasa merenungkan Sabda Tuhan setiap hari. Sesungguhnya kita ini mengerti Kitab Suci. Kalau ada hambatan mengungkapkannya tampaknya karena kita “tidak percaya diri”, berpikir soal boleh atau tidak atau merasa “takut salah”. Maka saat ada yang berbagi pengalaman  dalam  pertemuan lingkungan tidak boleh kita sangkal karena itulah pengalaman pribadinya bersama Tuhan. Pada tema Jelajah Alkitab kali ini diberi penekanan pada kata ”mengerti”. Karena mengerti  lebih dekat kepada menangkap Sabda Allah, bukan “memahami”, karena memahami lebih kepada pengetahuan. Mengerti Kitab Suci sifatnya personal yang bermakna pada diri sendiri. Tidak menafsirkan dan berkotbah untuk orang lain. Penekanannya untuk diri sendiri berdasarkan pengalaman. Jika untuk  berkotbah tentunya perlu belajar teologi, demikian Pastor Tedjo menjelaskan.

Ada 3 langkah  sederhana untuk dapat menangkap pesan Tuhan dalam Kitab Suci. Yaitu kata kunci, pengalaman dan doa.

  1. Kata kunci, mengapa kata kunci? Karena teks Kitab Suci yang kita baca bisa “ berbicara” secara berbeda dalam berbagai situasi hidup yang kita alami. Maka kata kunci dari teks yang sama bisa berbeda saat didengar/ dibaca didalam situasi yang berbeda. Kita mesti percaya bahwa Sabda Tuhan itu selalu baru. Artinya Roh Kudus yang membimbing kita pada sebuah kata tertentu yang berbeda sesuai dengan apa yang kita perlukan saat itu.
  2. Pengalaman, mengapa pengalaman? Karena teks Kitab Suci yang kita baca adalah kisah/ pengalaman umat di masa tertentu. Teks Kitab Suci selalu menyingkapkan pesan bagi pengalaman kita kini dalam situasi berbeda. Sabda Tuhan memberikan jawaban real yang berguna bagi hidup sehari hari. Roh Kudus menunjukkan keterkaitan Sabda Tuhan dan keseharian kita saat ini.
  3. Doa, mengapa doa? Karena kitab Suci penting bagi hati kita, akan berdampak kepada keputusan penting dan perubahan dalam hidup kita. Doa berdasarkan inspirasi dari teks Kitab Suci akan mengubah cara pandang kita khususnya dalam menghadapi suatu masalah. Sabda Tuhan hadir secara nyata dalam kehidupan kita, meneguhkan hati dan memantapkan iman sehingga kita berani bersaksi, melakukan pesan Tuhan itu mulai dari diri sendiri.

Pada saat kita berani menceritakan pengalaman sendiri dalam pertemuan lingkungan. Roh kudus akan membantu kita untuk menemukan pesan rohani. Secara personal dalam diri kita terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan secara komunal kita akan memperkaya dengan kesediaan untuk berbagi pengalaman. Oleh karena itu kita jangan berhenti pada makna Sabda Tuhan bagi diri sendiri tapi berani bersaksi dalam perjumpaan dengan komunitas umat beriman.

Untuk Jelajah Alkitab 17 Oktober 2024 yang akan datang, Pak Triawan telah menyiapkan tema “Harta Dunia Lebih Menggoda Daripada Harta Surga”, yang akan dibawakan oleh RP FX Herry, OSC.

Penulis; Henny Herawati